MANILA, FILIPINA (21 September 2022) — Empat per lima dari perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang berada di posisi bawah dalam pemeringkatan global lingkungan digital dan sistem pendukung bagi wirausahawan, demikian menurut sebuah indeks baru yang dikembangkan oleh Asian Development Bank (ADB).
Singapura memiliki lingkungan digital dan sistem pendukung bagi wirausahawan yang terbaik di dunia, berdasarkan Global Index of Digital Entrepreneurship Systems, yang dirilis hari ini sebagai bagian dari Asian Development Outlook (ADO) 2022 Update. Amerika Serikat berada pada peringkat kedua, sedangkan Swedia mengambil posisi ketiga di antara 113 perekonomian dalam daftar tersebut. Namun, 17 dari 21 perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang memperoleh peringkat di posisi bawah—kondisi yang menggarisbawahi perlunya berbagai perekonomian tersebut untuk membina kewirausahaan digital.
Digitalisasi menawarkan peluang pertumbuhan besar bagi berbagai usaha di Asia dan Pasifik. Digitalisasi pun menjadi pendorong inovasi, yang merupakan kunci bagi sejumlah perekonomian yang sedang berjuang mencapai status negara berpenghasilan tinggi. Selain itu, digitalisasi juga dapat menjadikan perekonomian lebih tangguh, seperti yang bisa dilihat saat teknologi digital membantu banyak usaha bertahan melewati pandemi COVID-19, dan dapat mendorong pertumbuhan inklusif melalui penurunan biaya memulai usaha.
“Kewirausahaan digital membantu berbagai perekonomian bertahan selama pandemi COVID-19, dan dapat menjadi mesin utama pertumbuhan dan inovasi di dunia pasca-pandemi,” kata Ekonom Kepala ADB Albert Park. “Agar hal ini terjadi, diperlukan adanya lingkungan yang mendukung, yang dimungkinkan melalui kebijakan dan insentif yang kondusif. Walaupun lingkungan bagi wirausahawan digital di Asia sudah sangat membaik dalam beberapa tahun terakhir, masih banyak perbaikan yang dapat dilakukan.”
Indeks tersebut mengukur kualitas lingkungan bagi wirausahawan digital dengan mengamati tingkat digitalisasi di delapan bidang: budaya, kelembagaan, kondisi pasar, infrastruktur, modal manusia, pengetahuan, keuangan, dan jaringan.
Selain berinvestasi dalam infrastruktur digital seperti jaringan pita lebar, berbagai pemerintah perlu mendorong kestabilan politik, sistem hukum yang andal, pasar yang terbuka dan kompetitif, serta hak properti yang kuat. Sebuah analisis ADB memperlihatkan bahwa aturan hukum yang kuat berdampak positif terhadap inovasi perusahaan, sedangkan menurunnya korupsi di masyarakat berkorelasi dengan naiknya jumlah wirausahawan baru yang memasuki pasar.
Bagi Asia dan Pasifik secara keseluruhan, budaya pendukung yang belum memadai merupakan salah satu titik lemah terbesar dalam membina kewirausahaan digital. Contohnya adalah kurangnya apresiasi masyarakat secara umum terhadap peran penting wirausahawan dalam kemajuan perekonomian. Salah satu cara untuk mengubah kondisi tersebut adalah dengan meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kewirausahaan melalui pendidikan.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.
Rank out of 113 global economies | Score (0-100) | |
Singapore | 1 | 81.3 |
United States | 2 | 79.7 |
Sweden | 3 | 79.6 |
Denmark | 4 | 78.8 |
Switzerland | 5 | 76.9 |
Netherlands | 6 | 75.6 |
Finland | 7 | 73.3 |
Norway | 8 | 69.9 |
Luxembourg | 9 | 69.6 |
United Kingdom | 10 | 69.0 |
Republic of Korea | 22 | 54.1 |
Malaysia | 27 | 43.1 |
People's Republic of China | 39 | 35.3 |
Georgia | 50 | 28.3 |
Kazakhstan | 52 | 27.4 |
Armenia | 58 | 26.0 |
Thailand | 59 | 25.9 |
Azerbaijan | 60 | 25.5 |
Viet Nam | 63 | 23.1 |
Indonesia | 71 | 20.4 |
India | 75 | 19.6 |
Philippines | 79 | 18.5 |
Sri Lanka | 82 | 17.5 |
Mongolia | 84 | 17.2 |
Kyrgyz Republic | 88 | 15.2 |
Tajikistan | 95 | 12.8 |
Bangladesh | 96 | 12.5 |
Pakistan | 97 | 12.3 |
Cambodia | 101 | 12.0 |
Nepal | 104 | 11.5 |